KATEGORISASI KEPEMILIKAN UMUM DAN PRIVAT BERDASARKAN TEORI BARANG
Oleh: Yuwan Ebit Saputro
Barang adalah sebuah objek ataupun jasa yang mempunyai nilai guna.
Sementara nilai suatu barang akan ditentukan jika barang tersebut memiliki
kesanggupan untuk bisa memenuhi kebutuhan.[1]
Selain itu pembagian barang dapat dibagi menjadi dua macam yaitu barang publik
dan barang swasta, yang dimaksud dengan barang publik adalah barang yang
memiliki sifat non-rival dan rival. Barang publik merupakan
barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin
bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Dalam
pengertian lain Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Contoh:
jalan raya merupakan barang publik, kebanyaknya pengguna jalan tidak akan
mengurangi manfaat dari jalan tersebut, semua orang dapat menikmati dan manfaat
dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada
waktu bersamaan.[2]
Sedangkan barang swasta atau yang sering disebut dengan barang
privat (private goods) adalah barang-barang
yang memiliki sifat berkebalikan dengan barang publik. Barang privat secara tipikal
adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar, dimana titik temu antara
produsen dan konsumen adalah mekanisme harga.[3] Oleh
karena itu, kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentifikasi dengan
baik. Sebagian besar barang yang kita konsumsi adalah barang privat, yaitu
barang yang hanya dapat digunakan oleh satu konsumen pada satu waktu. Adapun
contoh dari barang privat adalah alat komunikasi (HP), jelas HP memiliki sifat
ekskludabel,[4]
karena tidak bisa diperoleh secara Cuma-Cuma. Kalau tidak mempunyai uang,
meskipun sangat ingin memiliki Hp, kita tidak akan memperolehnya. Kalau kita
mempunyai HP, maka tentunya kita tidak akan memberikan secara Cuma-Cuma kepada
orang lain yang menginginkannya.
Barang Non Rivalry adalah dalam penggunaan barang publik suatu
barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi
barang tersebut.[5]
Setiap orang dapat mengambil suatu manfaat dari barang tersebut tanpa
mempengaruhi manfaat yang diperoleh orang lain. Adapun Contoh: dalam kondisi
normal, apabila kita menikmati udara dan sinar matahari, orang-orang disekitar
kita pun dapat mengambil manfaat yang sama. Rivalrous: dimana dalam penggunaan atau konsumsi barang tersebut
oleh satu konsumen akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain
untuk melakukan hal serupa. Terjadi rivalitas/kompetisi antar calon konsumen
dalam mengkonsumsi barang ini. Adapun Contoh: kita membeli buku yang jumlahnya
terbatas, sehingga hanya mereka yang membeli dahulu saja yang dapat
memiliki.maka disini terjadi kompetisi dalam mencari dan membeli buku tersebut.[6]
Barang campuran (common resources) adalah barang-barang yang
tidak ekskludabel, namun rival.[7] Barang
campuran tidak mempunyai dua karekteristik sekaligus, yaitu pengecualian (excludable/
exclusivity) dan rival (rivalry ). Yang dimaksud dengan pengecualian
adalah ketika hak milik/ pakai suatu barang didapat seseorang melalui
transaksi, orang lainnya dapat dihidarkan dalam mengonsumsi barang tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan rival adalah penggunaan yang bersaingan. Apabila
seseorang mengonsumsikan dalam jumlah jumlah banyak, maka orang lainnya akan
mengonsumsinya lebih sedikit. Contohnya adalah ikan laut. Tidak ada seseorang
yang melarang menangkap ikan laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas
ikan-ikan yang mereka tangkap. Namun ada saat seseorang melakukannya, maka
jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan orang lain melakukan hal
yang sama menjadi berkurang, sehingga terjadi persaingan antar konsumen satu
dengan yang lainnya.[8]
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu
tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan
marginal akan pajak, yang dipungut untuk membiayai program pemerintah (menyediakan
barang publik).[9]
Di dalam teori pigou terdapat Kurva UU yang mempunyai bentuk menurun yang menunjukan
bahwa semakin banyak barang publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah
kepuasan marginalnya yang dirasakan masyarakat. Di lain pihak, semakin banyak
pajak yang dipungut, semakin besar rasa ketidakpuasan marginal masyarakat. Oleh
karena itu kurva ketidakpuasan marginal akan pembayaran pajak mempunyai bentuk
yang meninggi. Ketidakpuasan marginal ditunjukan dengan sumbu tegak dari titik
O kebawah dan kurva ketidakpuasan marginal ditunjukan oleh kurva PP. Titik E
adalah keadaan optimum dimana bagi masyarakat kepuasan marginal bagi barang
publik sama dengan ketidakpuasan marginal dalam hal pembayaran pajak. Kelemahan
analisa dari Pigou didasarkan pada ketidakpuasan marginal masyarakat dalam
membayar pajakdan rasa kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan
dan ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif
karena siaftnya ordinal.[10]
[1]
Mangkoesoebroto, Guritno. Ekonomi Publik, (Yogyakarta: BPFE, 2001). Hal 57
[2] Ibid, 1. P. 57
[3] Ibid, 2. P. 11
[4] Excludability
(ekskludabel) artinya adalah dapat di khususkan, jadi maksud dari eksludabel
ini adalah suatu kepemilikan yang dikhususkan dan terjadi persaingan di
dalamnya.
[7] Rival
(persaingan) adalah tingkat pesaingan antar individu untuk memperoleh manfaat
dari suatu barang dalam memanfaatkan suatu barang.
[8] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar