BARAT DAN LIBERALIS
Mengenai teologi
atau syari'ah Islam, amat sangat mustahil untuk disamaratakan dengan ketentuan
hukum ajaran Barat atau dengan agamanya. Artinya, Islam tidak harus didikte
oleh orang asing-non-Muslim dalam masalah keagamaan, baik berbentuk wacana,
teori agama dan lain sebagainya. Wacana Islam Liberal misalnya, hasil pemikiran
plus kategorisasi keagamaan ala dua orang asing; Leonard Binder dan Charles Kurzman. Sangat menunjukkan
sebuah kebodohan, kalau kita lebih meyakinkan pemikiran orang asing atau
orientalis dari pada tokoh Muslim sendiri dalam kajian Islam. Begitu juga
sebuah perbuatan yang naive apabila umat Islam bersangka baik terhadap orang
yang "tidak akan pernah ridha" dengan kita seorang Muslim, dan
senantiasa memusuhi kita. Sebuah kekeliruan, jika kita menelan mentah-mentah
apa yang mereka katakan dan mereka tulis. Dus, lebih celaka lagi apabila kita
mengamini dan mengikuti seraya meniru-niru (parroting) melakukan apa yang
mereka kerjakan, seperti menghina Rasulullah saw., memburuk-burukkan para
sahabat dan Tabi'in, meremehkan para ulama salaf, meragukan otoritas dan
otentisitas tradisi keilmuan Islam, lalu membuat critical edition of al-Qur'an,
menolak hadits (inkar as-sunnah), membuat tafsir dan hukum sendiri mengikuti hawa
nafsu yang sesat dan menyesatkan (Syamsuddin : 2008, 21).
Sedikit akan
dijelaskan argumentasi dua aktor pemikiran 'kacau' (Liberalisme) terhadap Islam
di Indonesia, Leonard Binder dan Charles Kurzman, yang juga dijadikan sebagai
pijakan studi Islam oleh sebagian ilmuan Muslim Indonesia khususnya yang
'kebelinger'. Kurzman, dalam pengantarnya menyatakan bahwa secara historis,
sebenarnya di kalangan pemikir-pemikir Islam banyak yang mendukung demokrasi,
menentang teokrasi, jaminan pada hak-hak kaum perempuan, hak-hak non-Muslim di
negara Islam, pembelaan terhadap kebebasan berpikir, dan kepercayaan terhadap
potensi manusia. Dus, tema-tema ini merupakan tema-tema yang bisa membahayakan
buat diri mereka yang menyuarakan, sekaligus bagi negara yang memformalkan
negara Islam. Sementara itu, Leonard
Binder, mengemukakan :
”Bagi kaum muslim liberal, bahasa al-Qur'an sebenarnya merupakan
hal yang sederajat dengan hakikat wahyu, namun isi dan pewahyuannya tidak
bersifat verbal. Karena al-Qur'an tidak secara langsung mengungkapkan makna
pewahyuan, maka diperlukan upaya pemahaman yang berbasis kata-kata, namun bukan
hanya terbatas pada kata-kata, tetapi harus mencari apa yang hendak disampaikan
oleh bahasa wahyu tersebut dari sanalah kemudian Islam akan menemukan akarnya
yang paling liberal, ketimbang ketika Islam hanya dipahami lewat ritual
simbolik semata”.
Gaya khas
orientalis untuk merancukan dan meretakkan keserasian pemahaman umat Islam,
contohnya menonjolkan image 'citra' bahwa dalam Islam senantiasa penuh dengan
perbedaan dan konflik. "Para ulama Islam selalu berbeda dan bertikai dalam
masalah aqidah, sumber hukum Islam, maupun dalam aspek politik, yang kesemuanya
merupakan hal-hal pokok ajaran Islam," tegas para orientalis. Semua itu kenyataannya adalah nonsense
talking 'omong kosong’. Dan sebuah pembodohan sistematis, demi mengesankan
bahwa Islam benar-benar banyak, Islam tidak satu, dan karena itu tidak harus
meyakini paham Islam tertentu. Ujung-ujungnya, umat Muslim khusunya digiring
untuk menerima pluralisme agama, semua agama itu benar.
Selain itu, para
oreintalis Barat selalu mengangkat 'jargon-jargon' HAM dan demokrasi, yang
seakan-akan ajaran Islam totaliter, tanpa demokratisasi dan tidak memikirkan
hak asasi manusia. Kalau simpatisan, dan khususnya kaum Muslimin kurang cerdas
dalam menghadapi dan memahami propaganda atau jargon Barat diatas, maka akan
muncul konsep 'liberalisme' dibawah payung HAM dan Demokrasi. Dari paham
liberal itu lah, pemikiran diabolis lainnya akan bertebaran. Seperti; Sekularisme,
relativisme, pluralisme, sophisme, agnostisisme, yang akhir pemahaman-pemahaman
tersebut menuju nihilisme atau pemahaman bebas agama dan tuhan dengan semboyan
"God is no more". Begitulah virus Barat dengan orientalismenya
terhadap paradigma para Liberalis, baik dari kalangan Muslim atau non-Muslim
yang terpengaruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar